Selasa, 01 Mei 2012

Nasehat Tak Terduga

Kehidupan di jalanan ibu kota tak selamanya berjalan mulus. Sesekali kita menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan. Disamping masalah kemacetan lalu-lintas, kita bisa saja menghadapi aksi pencopetan, penipuan, dan lain-lain. Salah satu modus penipuan yang sering terjadi di jalanan yaitu kita dimintai uang oleh orang yang pura-pura kehabisan ongkos pulang. Saya termasuk yang sering berhadapan dengan orang yang pura-pura kehabisan ongkos ini. Sebelum mengetahui modus ini, saya pernah memberikan uang kepada yang mengaku kehabisan ongkos ini. Uang yang diminta memang tidak besar, biasanya hanya sebesar ongkos angkutan umum. Namun demikian saking seringnya ketemu orang yang pura-pura kehabisan ongkos ini, terkadang terbersit rasa kesal. Bagaimana tidak kesal, kadang-kadang orang yang sama bisa bertemu lebih dari satu kali dalam satu hari. Di suatu hari, saya dihampiri seorang ibu dan meminta uang untuk ongkos pulang. Saya sudah hapal betul dengan ibu tersebut dan modusnya. Pada waktu itu terbersit dalam hati ingin memberikan nasehat kepada ibu tersebut. Setelah memberikan uang sebesar ongkos angkutan yang diminta (Rp. 2.000), saya sedikit memberikan nasehat, "Ibu...jangan dibiasakan berbohong". Tak disangka, saya dapat serangan balik. Saya mendapat nasehat dari ibu tersebut dengan nada keras, "Eh... Bapak... ngasih uang cuma dua ribu, banyak omong lagi." Deg... hati tertegun. Kaget. Sambil ngeloyor meninggalkan ibu tersebut, saya merenung sejenak dan melakukan introspeksi, "betul juga ibu itu." Pesan ibu tersebut sangat mengena. Dan ini mengingatkan saya pada firman Allah seperti tertuang dalam QS. Al-Baqarah : 262-263 yang artinya "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." "Maafkan saya bu, terima kasih atas tegurannya." Peristiwa tersebut tak akan pernah terlupakan. Aris Ahmad Risadi, Gunung Putri-Bogor

Tidak ada komentar: